
(refleksi hidup umat----dongeng anak)
Dahulu kala ada sebuah kerajaan yang makmur dan kaya raya, semua kebutuhan rakyat dipenuhi oleh kerajaan, sehingga rakyat tidak terbebani oleh kebutuhan hidup, kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang sangat berwibawa… Baginda Lungun, begitu rakyatnya memanggil beliau. Baginda lungun memiliki seorang anak yang sangat penurut, Pangeran Kumprun namanya.
Ada suatu ciri khas dari kerajaan ini yaitu bahwa tidak boleh seorangpun memelihara rambut, hal ini dikarenakan peraturan dari raja bahwa barang siapa memelihara rambut tidak akan diberikan uang lagi oleh kerajan, tidak ada yang tau kenapa sebab peraturan ini lahir namun tidak ada yang menanyakan, bahkan hingga pemerintahan Baginda Lungun tidak pernah ada yang melanggarnya. Mungkin para penduduk takut apabila nantinya tidak akan diberikan biaya oleh kerajaan lagi.
Biarpun kerajaan ini ada peraturan tersebut, kerajaan tidak menyediakan Tempat Pangkas Rambut yang dimiliki kerajaan sebagai usaha monopoli, keberadaan tukang potong rambut sama dengan yang ada di negeri kita yaitu milik perseorangan, namun bedanya disana gratis….ya benar. Dikerajaan tersebut semua tempat usaha gratis, kenapa…? Ya karena biayanya semua telah ditanggung kerajaan, jadi di kerajaan itu orang bekerja hanya berdasar hobi atau kesenangan mereka saja, namun mereka tetap bekerja, tentu beda dengan negeri kita, pasti tidak akan ada yang bekerja, karena di negeri kita orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga apapun latar belakang pendidikan dan keahliannya, orang tersebut akan bekerja dimana saja asal mendapat bayaran yang layak. Termasuk anda, ayah anda, saudara anda, dan orang-orang yang anda kenal bukan…..!!!!
Suatu hari pangeran Kumprun sedang duduk di taman, kemudian datanglah Baginda Lungun menyusul duduk disampingnya, baginda bertanya,”Pangeran Kumprun kenapa engkau merenung dihari menjelang ulangtahunmu?” dengan sedikit ketakutan Pangeran Kumprun menjawab,”Ayah, aku sedang bingung kenapa semua orang dikerajaan ini harus memotong rambutnya terus menerus.” Dengan suaranya yang berat Baginda Lungun kemudian menjelaskan bahwa di kerajaan ini ada larangan memelihara rambut. Mendengar hal itu pangeran Kumprun hanya mengangguk angguk saja tanpa berani menanyakan lebih lanjut, hanya pikiran aja didalam hatinya bertanya-tanya…. Kenapa???
Pada saat yang bersamaan baginda Lungun pun bertanya dalam hati, hingga saat ini belum ada juga orang bertanya mengenai hal itu, tidak juga dengan anakku, renungnya. Apakah karena mereka semua takut kehilangan materi duniawi ini, namun hal itu lumrah terjadi di negeri ini, siapa yang dapat dia pasti diam, dah gak usah dipikir asalnya, dan apapun dilakukan, life must go on. Rupanya manusia bisa patuh asal kenyang ya, what a attitude.
Suatu malam pangeran Kumprun bermimpi, ia bertemu dengan seikat rambut, seikat rambut itu menangis, pangeran pun bertanya kepadanya, ada apakah ia menangis. Seikat Rambut itupun menjawab, “Pangeran aku menangis, karena dikerajaan ini kami tak bisa tumbuh, semua keluarga kami begitu tumbuh maka akan dipangkas, tidak ada yang tersisa, kami ini ini punya juga hak untuk tumbuh, untuk melaksanakan tugas kami, melindungi kepala tempat kami tumbuh, itu kodrat kami, tetapi kenapa kami tidak diberi kesempatan. Dan itu semua karena sifat egois manusia yang takut kenikmatannya direnggut.” Pangeran Kumprun hanya terdiam, hem..itu yang kulakukan juga, sudah sedemikian keji kah aku, walaupun tidak protes, tentunya rambut memiliki hak untuk menjalani kodratnya, tapi aku gak peduli….wow masih manusiakah aku???
Kemudian Pangeran Kumprun terbangun, lalu dia berjanji bahwa besok yang kebetulan perayaan hari ulang tahunnya dia akan protes mengenai peraturan ini, di depan seluruh masyarakat dia akan menyuarakan suara seikat rambut itu, dan berjanji tidak akan memotong rambutnya lagi, apapun resikonya…………….
Saat itu telah tiba, di depan ribuan warganya pada saat ayahnya selesai berpidato tentang hari ulang tahunnya, Pangeran Kumprun maju ke podium, dia menoleh ke kanan, kemudian ke kiri, mengambil nafas berat…heeefff!!! Kemudian dia mulai berbicara, pertama dia menyapa warga kerajaan lalu mengucapkan terimakasih atas ucapan selamat dan do’a dari warga kerajaan, sesaat dia terdiam kemudian mulailah dia berkata lagi, “hai wargaku hari ini aku mau mengatakan sesuatu, yang mungkin tidak akan dikatakan oleh siapapun, sekarang ataupun kapanpun juga, Aku akan menyuarakan hati Seikat Rambut.” Kontan saja semua warga saling berbisik satu sama lain, rupanya mereka mulai menduga kemana arah pembicaraan ini berlansung. Sang rajapun melebar pupil matanya, Baginda Lungun sangat penasaran akan kelanjutan pembicaraan anaknya, akankah anaknya berani mengatakan hal tabu itu, namun kemudian dia menjadi semakin bingung, jika benar mengatakan, apakah yang dia lakukan terhadap anaknya, menghukumnya sesuai aturan atau membelanya karena telah kembali menjadi manusia sesuai hakekatnya, batinnya pun mulai tak karuan karena saling bertentangan didalamnya.
Rupanya sang pangeranpun dengan berapi-api dia bercerita mulai rasa penasarannya, mimpinya bertemu seikat rambut, dan tekatnya menyampaikan suara hati seikat rambut itu, dengan segala konsekwensinya. Duaarrr!!!! Hati sang raja semakin tak karuan. Baginda Lungun semakin terdiam, dibatinnya mengatakan saat inilah aku diuji sebagai seorang ayah sekaligus seorang pimpinan….heeffff!!! sungguh berat.
Warga kerajaanpun mulai ramai saling berkomentar, kemudian Baginda Lungun berjalan maju mendekati Pangeran Kumprun. Dia pun berdehem, karena begitu wibawanya, hanya dengan dehem pelan itu tadi, keadaan menjadi hening…………..kemudian baginda membuka pembicaraan,”Rakyatku kalian telah mendengar ucapan putraku tadi, maka disini saya berdiri untuk menanggapai hal itu. Wahai Pangeran Kumprun sebagai seorang Raja aku menegurmu karena melanggar aturan di kerajaan ini, dan memutuskan bahwa dirimu telah Bersalah!!!!!dan engkau akan dihukum sesuai dengan aturan kerajaan ini yaitu tidak lagi mendapat biaya dari kerajaan seumur hidupmu.” Suaranya semakin melirih saat mengucapkan hukuman bagi anaknya sendiri, tetapi bagaimanapun laki-laki didepannya saat ini adalah warganya dan dia telah melanggar aturan. Setelah terdiam kemudian dia berteriak,”Dan sebagai anakku aku bangga dengan engkau wahai Pangeran Kumprun, engkau telah menjadi manusia yang tidak egois, aku.. Baginda Lungun sangat bangga padamu!!!!dan ku umumkan bahwa aku juga mulai detik ini tidak memotong rambutku lagi apapun resikonya, karena aku juga ingin menjadi manusia seutuhnya seperti anakku…….dan kalian semua wargaku tercinta apakah kalian akan mengikuti jejakku????” IYAAAAA!!!!!! Teriakan membahana di segala sudut, dengan mata berkaca-kaca dan tangan mengepal keatas menirukan rajanya, mereka berteriak lantang mengiyakan…………….
Mulai saat itu kehidupan di kerajaan tersebut menjadi normal seperti negeri yang lain, orang berusaha untuk menghidupi dirinya dan keluarganya, namun dengan cara-cara yang sangat baik, karena raja dengan tidak lelahnya membimbing semua warga agar tidak menyimpang kehidupannya. Dua tahun sejak itu Raja Wafat dan Pangeran Lungun meneruskan pemerintahan ayahnya, kerajaan tersebut tetap makmur seperti dulu bahkan lebih maju, karena dipimpin oleh Raja yang benar-benar berbuat sesuai kodrat manusia untuk selalu menuju kebenaran.
….trus bagaimana dengan negeri kita….terserah anda dan pemimpin kita membawanya!
17 Februari 2010


