Rabu, 17 Februari 2010

Pangeran Kumprun dan Seikat Rambut


(refleksi hidup umat----dongeng anak)

Dahulu kala ada sebuah kerajaan yang makmur dan kaya raya, semua kebutuhan rakyat dipenuhi oleh kerajaan, sehingga rakyat tidak terbebani oleh kebutuhan hidup, kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang sangat berwibawa… Baginda Lungun, begitu rakyatnya memanggil beliau. Baginda lungun memiliki seorang anak yang sangat penurut, Pangeran Kumprun namanya.

Ada suatu ciri khas dari kerajaan ini yaitu bahwa tidak boleh seorangpun memelihara rambut, hal ini dikarenakan peraturan dari raja bahwa barang siapa memelihara rambut tidak akan diberikan uang lagi oleh kerajan, tidak ada yang tau kenapa sebab peraturan ini lahir namun tidak ada yang menanyakan, bahkan hingga pemerintahan Baginda Lungun tidak pernah ada yang melanggarnya. Mungkin para penduduk takut apabila nantinya tidak akan diberikan biaya oleh kerajaan lagi.

Biarpun kerajaan ini ada peraturan tersebut, kerajaan tidak menyediakan Tempat Pangkas Rambut yang dimiliki kerajaan sebagai usaha monopoli, keberadaan tukang potong rambut sama dengan yang ada di negeri kita yaitu milik perseorangan, namun bedanya disana gratis….ya benar. Dikerajaan tersebut semua tempat usaha gratis, kenapa…? Ya karena biayanya semua telah ditanggung kerajaan, jadi di kerajaan itu orang bekerja hanya berdasar hobi atau kesenangan mereka saja, namun mereka tetap bekerja, tentu beda dengan negeri kita, pasti tidak akan ada yang bekerja, karena di negeri kita orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga apapun latar belakang pendidikan dan keahliannya, orang tersebut akan bekerja dimana saja asal mendapat bayaran yang layak. Termasuk anda, ayah anda, saudara anda, dan orang-orang yang anda kenal bukan…..!!!!

Suatu hari pangeran Kumprun sedang duduk di taman, kemudian datanglah Baginda Lungun menyusul duduk disampingnya, baginda bertanya,”Pangeran Kumprun kenapa engkau merenung dihari menjelang ulangtahunmu?” dengan sedikit ketakutan Pangeran Kumprun menjawab,”Ayah, aku sedang bingung kenapa semua orang dikerajaan ini harus memotong rambutnya terus menerus.” Dengan suaranya yang berat Baginda Lungun kemudian menjelaskan bahwa di kerajaan ini ada larangan memelihara rambut. Mendengar hal itu pangeran Kumprun hanya mengangguk angguk saja tanpa berani menanyakan lebih lanjut, hanya pikiran aja didalam hatinya bertanya-tanya…. Kenapa???

Pada saat yang bersamaan baginda Lungun pun bertanya dalam hati, hingga saat ini belum ada juga orang bertanya mengenai hal itu, tidak juga dengan anakku, renungnya. Apakah karena mereka semua takut kehilangan materi duniawi ini, namun hal itu lumrah terjadi di negeri ini, siapa yang dapat dia pasti diam, dah gak usah dipikir asalnya, dan apapun dilakukan, life must go on. Rupanya manusia bisa patuh asal kenyang ya, what a attitude.

Suatu malam pangeran Kumprun bermimpi, ia bertemu dengan seikat rambut, seikat rambut itu menangis, pangeran pun bertanya kepadanya, ada apakah ia menangis. Seikat Rambut itupun menjawab, “Pangeran aku menangis, karena dikerajaan ini kami tak bisa tumbuh, semua keluarga kami begitu tumbuh maka akan dipangkas, tidak ada yang tersisa, kami ini ini punya juga hak untuk tumbuh, untuk melaksanakan tugas kami, melindungi kepala tempat kami tumbuh, itu kodrat kami, tetapi kenapa kami tidak diberi kesempatan. Dan itu semua karena sifat egois manusia yang takut kenikmatannya direnggut.” Pangeran Kumprun hanya terdiam, hem..itu yang kulakukan juga, sudah sedemikian keji kah aku, walaupun tidak protes, tentunya rambut memiliki hak untuk menjalani kodratnya, tapi aku gak peduli….wow masih manusiakah aku???
Kemudian Pangeran Kumprun terbangun, lalu dia berjanji bahwa besok yang kebetulan perayaan hari ulang tahunnya dia akan protes mengenai peraturan ini, di depan seluruh masyarakat dia akan menyuarakan suara seikat rambut itu, dan berjanji tidak akan memotong rambutnya lagi, apapun resikonya…………….

Saat itu telah tiba, di depan ribuan warganya pada saat ayahnya selesai berpidato tentang hari ulang tahunnya, Pangeran Kumprun maju ke podium, dia menoleh ke kanan, kemudian ke kiri, mengambil nafas berat…heeefff!!! Kemudian dia mulai berbicara, pertama dia menyapa warga kerajaan lalu mengucapkan terimakasih atas ucapan selamat dan do’a dari warga kerajaan, sesaat dia terdiam kemudian mulailah dia berkata lagi, “hai wargaku hari ini aku mau mengatakan sesuatu, yang mungkin tidak akan dikatakan oleh siapapun, sekarang ataupun kapanpun juga, Aku akan menyuarakan hati Seikat Rambut.” Kontan saja semua warga saling berbisik satu sama lain, rupanya mereka mulai menduga kemana arah pembicaraan ini berlansung. Sang rajapun melebar pupil matanya, Baginda Lungun sangat penasaran akan kelanjutan pembicaraan anaknya, akankah anaknya berani mengatakan hal tabu itu, namun kemudian dia menjadi semakin bingung, jika benar mengatakan, apakah yang dia lakukan terhadap anaknya, menghukumnya sesuai aturan atau membelanya karena telah kembali menjadi manusia sesuai hakekatnya, batinnya pun mulai tak karuan karena saling bertentangan didalamnya.

Rupanya sang pangeranpun dengan berapi-api dia bercerita mulai rasa penasarannya, mimpinya bertemu seikat rambut, dan tekatnya menyampaikan suara hati seikat rambut itu, dengan segala konsekwensinya. Duaarrr!!!! Hati sang raja semakin tak karuan. Baginda Lungun semakin terdiam, dibatinnya mengatakan saat inilah aku diuji sebagai seorang ayah sekaligus seorang pimpinan….heeffff!!! sungguh berat.

Warga kerajaanpun mulai ramai saling berkomentar, kemudian Baginda Lungun berjalan maju mendekati Pangeran Kumprun. Dia pun berdehem, karena begitu wibawanya, hanya dengan dehem pelan itu tadi, keadaan menjadi hening…………..kemudian baginda membuka pembicaraan,”Rakyatku kalian telah mendengar ucapan putraku tadi, maka disini saya berdiri untuk menanggapai hal itu. Wahai Pangeran Kumprun sebagai seorang Raja aku menegurmu karena melanggar aturan di kerajaan ini, dan memutuskan bahwa dirimu telah Bersalah!!!!!dan engkau akan dihukum sesuai dengan aturan kerajaan ini yaitu tidak lagi mendapat biaya dari kerajaan seumur hidupmu.” Suaranya semakin melirih saat mengucapkan hukuman bagi anaknya sendiri, tetapi bagaimanapun laki-laki didepannya saat ini adalah warganya dan dia telah melanggar aturan. Setelah terdiam kemudian dia berteriak,”Dan sebagai anakku aku bangga dengan engkau wahai Pangeran Kumprun, engkau telah menjadi manusia yang tidak egois, aku.. Baginda Lungun sangat bangga padamu!!!!dan ku umumkan bahwa aku juga mulai detik ini tidak memotong rambutku lagi apapun resikonya, karena aku juga ingin menjadi manusia seutuhnya seperti anakku…….dan kalian semua wargaku tercinta apakah kalian akan mengikuti jejakku????” IYAAAAA!!!!!! Teriakan membahana di segala sudut, dengan mata berkaca-kaca dan tangan mengepal keatas menirukan rajanya, mereka berteriak lantang mengiyakan…………….

Mulai saat itu kehidupan di kerajaan tersebut menjadi normal seperti negeri yang lain, orang berusaha untuk menghidupi dirinya dan keluarganya, namun dengan cara-cara yang sangat baik, karena raja dengan tidak lelahnya membimbing semua warga agar tidak menyimpang kehidupannya. Dua tahun sejak itu Raja Wafat dan Pangeran Lungun meneruskan pemerintahan ayahnya, kerajaan tersebut tetap makmur seperti dulu bahkan lebih maju, karena dipimpin oleh Raja yang benar-benar berbuat sesuai kodrat manusia untuk selalu menuju kebenaran.

….trus bagaimana dengan negeri kita….terserah anda dan pemimpin kita membawanya!

17 Februari 2010

Selasa, 16 Februari 2010

Menggugat Nikmat-NYA


(sebuah refleksi hidup umat----fiksi)

Kumprun namaku, umurku 67 tahun, miskin derajatku, “susah” sarapanku, “perjuangan” makan siangku, "penderitaan" alas tidurku (kenapa gak ada makan malam, 2 kali sehari berat bos, apalagi 3 kali...mustahil).
kusisiri sisi trotoar di suatu jalan yang bau pinggiran kota Jakarta Utara, kuseret gerobak sampah dinasku(yah aku memang petugas sampah perumahan depan kampungku ini), gerobak masih terasa ringan walaupun telah terpenuhi sampah domestik warga urban yang terhormat, karena dikantongku terselip gaji mingguanku, Alhamdulillah Ya Allah atas rizki-Mu, terlintas dibenakku nasi bungkus diwarung ujung gang nasi ma sayur kayak biasanya plus tempe karena hari ini hari gajian, bolehlah kumanjakan diri ini sebulan sekali, iya kan kawan.

Telah 29 tahun ku ber-profesi sebagai dewa penolong bagi warga perumahan depan kampungku, tidak Cuma membuangkan sampah mereka, ku juga yang mereka cari saat ada pekerjaan yang sekiranya akan mengotori tangan2 kantoran mereka, lumayan upahnya untuk beli batu kerikil buat mengurug jalan kampungku yang selalu banjir saat ujan datang, alhamdulilah dah panjang jalan yang mulai manusiawi untuk dilalui.

Suatu hari dibawah jembatan saluran air tempat biasa ku berteduh sambil menikmati sebatang rokok yang setiap hari menggerogoti kesehatan badanku, fffuuuuuuhhhhhh......!!! ku hempaskan asap rokok yang keluar dari mulutku yang hitam berurat zat nikotin. Aku teringat peristiwa 1 tahun yang lalu saat ku akan mengulang hari lahirku...iya bener biar ku orang rendahan(kata orang) aku selalu mengingat hari aku dilahirkan di dunia ini, karena detik itu adalah awal aku mencari uang saku untuk modalku ke surga menemani Kekasih Allah. Kembali ke kisahku satu tahun lalu........

Hari itu tepat satu hari sebelum hari ultahku yang jatuh pada 5 maret, iya hari kamis 4 maret 2009, kududuk sendiri persis ditempat ini, bawah jembatan butut ini untuk merenung, gajiku belum keluar minggu lalu, katanya sih belum ada dana, yah apa boleh buat, yang penting kewajibanku telah kujalankan, goban dikantong hasil merapikan taman di rumah biru itu bukan hakku, itu hak pemakai jalan dikampungku sesuai janjiku pada Tuhanku, 5 tahun silam saat istriku meninggal karena sakit paru, sebagai ganti agar belahan hatiku dapat pergi ke surga.

Dalam renunganku tuk alihkan rasa lapar sedari pagi tadi, aku ditepok seorang anak laki-laki kucel, sekitar belasan tahun tebakku atas umurnya. Pak!, sapanya. Iya nak ada yang kumprun bisa bantu(semua orang disini tak ada yang memanggilku bapak, mas atau panggilan lain, cukup kumprun aja), asal jangan minta makan ya, aku juga belum makan, hehehe, candaku padanya. Begini pak, anak itu mulai berbicara, saya pergi dari rumah sudah 3 tahun, hari ini saya pengen pulang, saya baru tersadar bahwa keluarga adalah harta yang selalu dirindukan, begitupun saya merindukan ayah ibuku(basah matanya saat mengucap kata rindu). Hem...maksudmu, kamu mau minta tolong kumprun mengantarmu pulang, kemana emang kampungmu nak? malang pak, sahutnya. Jauh juga ya pikirku. Maaf nak, aku mau nanya ya, kenapa kamu pilih bapak untuk mengantarmu, kenapa kau bukan ke komplek depan yang banyak orang kaya itu. Pak, kira2 disela kesibukan mereka, maukah mereka mengantarku pulang, jawabnya. Hehehe betul juga sahutku. Anak itu lalu duduk disebelahku, sambil mengambil puntung rokok ditanganku dan disedotnya, wow ini pasti salah satu hal yang dia pelajari dijalan. Aku terdiam mengingat permintaannya tadi, aku berpikir dalam, Ya Allah berikan petunjukmu, inikah salah satu ujian untuk hamba-Mu ini.....sekelebat hatiku menjawab. Kuputuskan kuterima tawaran anak itu, tapi kubilang padanya kutakdapat menjanjikan perjalanan yang indah ke kampungnya, hanya naek kereta ekonomi, itupun bayar diatas(maaf pak pemerintah, melanggar aturan sih, tapi untuk orang sepertiku cukup membantu). Anak yang bernama samid(begitu panggilannya, karena nama aslinya dimas, katanya sih itu khas untuk orang malang asli, kalo nama panggilan dibalik tulisannya...ok deh asal bukan Schwarzenegger, susah tuh) menganggukan kepala menyetujui sayaratku, aku bilang hari minggu kesini ya, diapun mengangguk lagi, kemudian dia pergi ntah kemana.

Aku merenung lagi, semoga gajiku keluar seperti yang dijanjikan, lumayan buat ongkos pulang pergi, trus untuk makan minggu depan, hehehe tak pernah aku berpikir jauh seperti itu, buktinya aku masih hidup diusia tuaku. Tidak terasa minggu telah tiba, amplok gaji rapi tersimpan dikantong celanaku, jaket blujin hitam pinjaman wardi pemilik warteg kupakai, sosokku lebih terlihat gagah disamping gerobak sampahku yang akan dijalankan udin hansip selama aku pergi. Ehm...dah siang nih, kereta matarmaja(malang-blitar-madiun-jakarta) kan berangkat jam 2-an (kalo gak molor sih, hehehe), plok...sebuah tepukan dibahuku, kumprun aku siap untuk pulang, suara samid menegurku

Singkat cerita kita telah berada diatas kereta yang mulai melaju lirih menuju kampung si samid, konon cerita kereta ini juga yang mengiringi keluarga sby saat jaman dulu ingin sungkem ke mertuanya di Blitar, wow keren, kereta ini tlah mengangkut sosok pribadi yang kini memimpin negeri ini. 17 jam 41 menit waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kota malang berarti harusnya jam 07.41 kutelah tiba di malang, namun kata bapak sebelah, jam udah menunjukan pukul 12 siang, hehehe gpp terlambat dikit, keluar dari stasiun kota, samid menyeretku, ayo prun aku dah gak sabar ketemu orangtuaku, setengah terseret kaki tuaku ditariknya, iya-iya jawabku. Kita jalan aja yah, ongkosku tinggal buat pulang aja neh, iya gpp jawabnya. Kususuri jalan mengikuti samid yang jalan didepan, rupanya dia belum lupa jalan kerumahnya, sesampai diperampatan yang ada dekat pasar dia menunjuk ke arah jalan yang terlihat ada patung besar dipinggir lapangan, kita lewat rampal yuk, trus kearah arjosari. Disebutnya nama2 daerah yang kutak paham sama sekali, okelah jawabku. Setelah berjalan duapuluh menit, kita sampai dipinggir jalan, diseberang terlihat gerbang dengan tulisan KOTA ARAYA bagus banget perumahan ini, dia pasti tinggal dibelakang perumahan ini, di Jakarta tempat tinggalku juga dibelakang perumahan besar seperti ini, lima menit memasuki komplek ini dia berdiri disebuah rumah besar, wow ngapain lu mid, mau minta makan, ato bapak-ibumu kerja disini, dia menggeleng pelan, yuk masuk rumahku pak, BLLAAARR.... kagetku dibuatnya, rumahku katanya, dasar anak sableng. Dipencetnya bel ditembok pagar, ku berdiri dibelakang sosok dimas, pintu pagar dibuka seorang satpam dengan kumis melintang, mati aku, gawat nih jauh dari kampung buat dipukulin satpam, aku makin mengecilan tubuhku dibelakang samid yang kurus itu.
Mas Dimas? Suara satpam itu berat, tiba-tiba satpam itu berteriak.....BUUUUUU!!!!!! MAS DIMAS PULAAAAANGGGG, teriak satpam itu keras-keras, sambil menunggu orang rumah keluar satpam itu melirik-lirik kearahku, ini kali penculiknya, gitu kali pikir satpam itu terhadapku. Seorang ibu setengah tua berlari dari dalam, IBUUUUU....dimas pun berteriak, lha bukan mimpi ini melihat seorang ibu kaya memeluk seorang anak jalanan dari Jakarta, baru aku tersadar rupanya samid anak orang kaya sebelum dia minggat dari rumah.

Didalam rumah kami disambut dengan minuman, makanan yang jumlahnya lebih banyak dari menu warteg langgananku, waduh nikmatnya, terima kasih ya pak telah mengantarkan anak saya pulang ke rumah, ooo rupanya samid menghilang tadi, rupanya asyik bercerita dengan ibunya, sama2 ibu, hanya itu yang bisa saya bantu, omong2 bapaknya mana? Tanyaku, karena dari tadi kutak melihat sosok gagah seperti di pigura foto besar yang menghiasi ruang tamu megah itu. Ibu itu menunduk dan bercerita kalo bapak samid meninggal dua minggu yang lalu, semenjak terkena stroke saat samid hilang dari rumah, Innalillahi wa innailaihirojjiun gumanku, rupanya samid tidak ikut ibunya kembali kesini karena lagi sedih mendengar berita itu.

Telah 2 hari aku dirumah itu, makan minum gratis, semua kebutuhanku dipenuhi, iya aku sendiri, karena samid kembali sekolah(rupanya ibunya telah secara bijaksana telah meredakan kesedihan Samid atas meninggalnya sang bapak). Pintu kamarku diketok pelan dari luar, iya...sahut ku sambil berjalan kearah pintu, ibu ratih(nama itu kuketahui saat dia memperkenalkan diri saat awal kedatanganku) mengajakku ngobrol diruang perpustakaan keluarga, sebuah ruang yang luas dipenuhi rak buku dari kayu jati ukiran dengan meja lebar dan kursi ditengahnya dan sofa2 kecil disudut2 ruangan. Pak Kumprun, tadi malam dimas bilang sama saya kalo bapak mau pulang? Benarkah? Oooo rupanya samid telah membicarakan obrolan semalam di saung kebun belakang. Iya bu, gak enak merepotin lama2, bapak punya keluarga di Jakarta? istri saya telah meninggal bu, dan kami belum mempunyai anak, jawabku. Pak kumprun, maukah bapak kerja sama saya disini, jadi bapak tidak usah kawatir merepotin saya, Subhannalah beberapa hari yang lalu aku adalah tukang sampah, eh atas kuasa-NYA hari ini telah hidup enak dan akan ditawarin kerja pula, Alhamdulillah Ya Robbi. Kerja apa bu, saya cuma orang kecil yang pendidikannya hanya tamatan SD. Ibu Ratih kemudian menjelaskan bahwa aku bekerja sebagai salah satu supervisor penagihan, untuk memandori kelompok kecil penagihan, setelah kupikir Insyaallah aku bisa mengerjakan tugas itu, aku menerima tawaran ibu Ratih.

Pagi-pagi kutelah rapi dengan seragam safari hitam, pemberian bu Ratih, gagah juga tatapku pada sebuah cermin besar dipojok ruangan kamarku. Kulangkahkan kakiku keluar, bu Ratih bertanya padaku saat bertemu diruang tengah, bapak bisa beladirikan? Iya bu untuk kesehatan dan jaga diri saja, kenapa bu. Ah tidak, hanya bertanya saja, jawab bu Ratih. Bu Ratih kembali berkata padaku, pak, bapak sarapan dulu, trus ikut supir ke kantor, nanti Wati staf disana akan menjelaskan pekerjaan bapak, dan memperkenalkan bapak ke anggota tim bapak. Aku mengaguk pelan seolah mendengarkan sungguh2, padahal aku masih membayangkan beberapa hari yang lalu aku masih menyeret-menyeret gerobakku untuk biaya makanku nasi dengan sayur dan ditambah tempe saat hari gajian sebagai bentuk memanjakan diriku.

Kulangkahkan turun kakiku dari kijang inova hitam yang katanya kendaraan dinasku ini. Kutatap gedung besar didepanku, inikah masa depanmu kumprun, jadi orang sukses di daerah orang bukan ibukota seperti orang lain. Singkat kata, setelah diperkenalkan ke anggota timku yang berjumlah 15 orang, aku dijelaskan bahwa kerjaanku adalah untuk mengingatkan debitur dari klien kami agar membayar angsuran hutangnya, atau melunasi hutangnya, yang katanya adalah kuncinya komunikasi agar berhasil didunia pekerjaan ini, hem...semakin berkerut jidat tuaku mendengarkan penjelasan ibu wati yang subur dan bawel ini hehehe maaf bu.

Jam 15.00(ohya kini aku dah pake jam loh, kerenkan) berbunyi telpon di mejaku, kuangkat bu wati memanggilku, diruangan aku diberikan sebuah amplop besar yang isinya data objek penagihanku hari ini, jika berhasil masing2 anggota grupku mendapat bagian sesuai kontrak masing2 dari 5% bagian yang berhasil kami tagih. Aku harus pergi didampingi 3 orang dari anggota timku kata bu Wati, anggotaku yang lain jalan dengan perintah yang lain lagi, cuman nanti semua harus melapor padaku, dan aku melaporkan kegiatan hari ini pada bu Wati.

Setengah jam perjalanan ke kota lawang, kami memasuki sebuah gang dan berhenti disebuah rumah besar tidak terawat. Kami semua telah turun, aku, yadi, dika dan samot orang ambon yang nyetirin mobilku. Yadi membuka gerbang, dan bilang padaku, bapak tunggu dimobil ajah yah, nanti kalo bapak diperlukan baru kami panggil bapak dan mengetuk pintu rumah itu, keluarlah seorang ibu membukakan pintu, subhanallah aku terkejut, yadi setengah menyeret ibu itu sambil menyodorkan kemuka ibu itu sebuah surat, wah ada apa ini, sepintas dari mobil kumelihat ibu itu mulai menangis, mereka membawa ibu itu kedalam dengan kasar, setelah 10 menit aku menunggu dengan banyak pikiran berkecamuk di kepalaku, mereka kembali ke mobil, samot berkata padaku, beres bos, sukses hari ini, kita kembali ke kantor. Sesampai diruang bu Wati, aku menyampaikan amplop yang diberikan oleh yadi ke aku untuk disampaikan bu Wati, ibu Wati kemudian menerima amplop itu dan membuka laci, menyimpan amplop tersebut dan mengambil tiga amplop lain diberikan padaku, ini untuk dibagiakan ke anggota bapak, succes fee katanya.

Di rumah sehabis sholat Isya’ aku terus memikirkan kejadian hari ini, empat grup kecil yang tadi jalan semua menyerahkan amplop kepadaku untuk kuteruskan ke bu Wati , apa semuanya memperoleh dengan cara yang dilakukan Yadi tadi. Ya Allah dengan hal itukah kenikmatan dunia ini dibangun, Ibu Ratih yang Ramah itu memeperoleh hartanya dengan cara begini, seribu tanya berkecamuk didepanku, dan aku telah ikut menikmatinya, bahkan hari ini ikut terlibat didalamnya. Nikmat apa ini ya Allah, hidup bahagiaku seketika rusak oleh kisah hari ini. Inikah Nikmat yang Kau berikan padaku Ya Allah. Ya Allah ku telah berbahagia diatas penderitaan orang lain, materi haram telah kusuapkan kepada diriku. Oooh bagaimana pahala yang selama ini kucari, bagaimana uang saku yang selama ini dengan susah payah kukumpulkan untuk modalku ke Surga, bagaimana janjiku berbuat baik untuk orang lain demi janjiku dengan Allah agar istriku bisa ke surga. Kenapa..oh kenapa Ya Allah...kenapa tidak kau peringatkan aku dari dulu, sekarang aku harus bagaimana Ya Allah. Apakah aku harus kabur dari rumah ini, atau haruskah kusadarkan bu Ratih dari hal salah ini. Semua kini menjadi hal yang sangat berat bagiku, bagaimana pula dengan Samid, kalo aku bertentangan dengan Orangtuanya. Ya Allah nikmat-Mu seketika langsung menjadi hal paling membingungkan dalam hidupku. Sedih saat ditinggal istriku tersayang rasanya tak sehebat yang kurasakan saat ini...ooo Ya Allah apa yang harus kulakukan atas Nikmatmu ini, apa ya Allah... berikan petunjuk-Mu.............Haruskah ku-Gugat Nikmat-Mu

Itulah ceritaku, cerita selanjutnya isilah dengan jawabanmu masing2, yang jelas kini aku telah kembali ke Jakarta sebagai tukang sampah lagi, mengumpukan uang saku untuk modalku ke Surga saat ajal menjemputku.........................................*

12 Februari 2010

Ijin Mewarnai Dunia Blogger Indonesia


Assalamualaikum Wr.Wb

Berawal sebuah Quote dari Alm. Pramoedya Ananta Toer "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.", 

saya seorang manusia penuh rutinitas, manusia yang berprofesi sebagai pegawai, mencoba mengekspresikan apa yang yang saya lihat dengar dan rasa pada satu tokoh yang namanya saya dapatkan dari teman kantor saya dulu ........ KUMPRUN ..........sebuah nama yang sangat membumi, dan bisa berprofesi dan berstrata apa saja dalam masyarakat(what a great name).

Dunia ini sangat kaya khasanah ilmu, dan itu terrefleksikan pada kehidupan manusia disekitar kita, semoga tulisan-tulisan ini dapat menjadi tempat bercermin bagi kita semua.

tak ada sedikitpun niat untuk menyudutkan atau menyakiti perasaan orang lain, ini hanya sekedar cerita-cerita fiksi yang berasal dari kehidupan nyata.

akhir kata, ijinkan saya mewarnai dunia Blogger Indonesia dengan menulis pada blog ini, semoga Allah memberkahi apa yang saya niatkan, Wassalam