Senin, 06 Agustus 2012

Potret Pendidikan Urban di Kampungku

Serombongan mobil antri di sebuah gerbang sekolah favorit di kota Melintang, jalananpun macet hanya menunggu rombongan mobil itu menurunkan anak majikannya untuk bersekolah. Sekolah itu memang sekolah negeri favorit di kota Melintang, walaupun letaknya di tengah sebuah perumnas, namun namanya telah kemana-mana. Wow luar biasa para penghuni perumnas itu, mobilnya bagus cenderung mewah. Ternyata bukan mobil-mobil itu milik penduduk perumahan lain yang menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut, iyalah siapa yang gak mau anakanya mendapatkan pendidikan nomor 1. Lalu jika sekolah tersebut diisih oleh penduduk sekolah lain, kemanakah anak-anak perumnas itu bersekolah. Rupanya, setelah sekolah itu meroket prestasinya menjadi sekolah unggulan, biaya pendidikannya menjadi mahal. Warga perumnas tersebut yang rata-rata pegawai menengah kebawah hanya tercengang dengan biaya pendaftaran yang mencapai 5 juta keatas, untuk warga perumnas tersebut yang mampu tetap menyekolahkan anaknya di sekolah itu, namun sebagian besar hanya mengelus dada dan menyekolahkan anaknya di kampung orang dengan kualitas sekolah yang ada jauh dibawah sekolah di perumnasnya. Benarkah keberhasilan sistem mendidik di suatu sekolah berbanding lurus dengan mahalnya biaya pendidikannya, yang jelas hingga saat ini di seluruh pelosok Indonesia tidak ada sekolah favorit yang murah. Trus kenapa ada sekolah bagus dan tidak? Apakah kurikulumnya berbeda? Atau kualitas gurunya berbeda? Jika iya, kenapa kurikulum dan kualitas gurunya berbeda? Suatu sekolah dibangun pada suatu wilayah, seyogyanya dia mempunyai tujuan utama untuk mendidik orang-orang diwilayah tersebut. Saya yakin ki hajar atau siapapun tokoh pendidikan tidak akan menyangkalnya. Haruskah untuk mendapatkan pendidikan, seorang anak harus menempuh perjalanan jauh hanya karena tidak mampu membayar uang pendaftaran sekolah di kampungnya. Potrait ini saya yakin masih banyak ditemukan di daerah lain, sungguh menyedihkan. Disaat negara-negara lain berlomba mencerdaskan anak-anak bangsanya dengan pendidikan murah, negara ini justru dengan bangganya berazas ingin pendidikan terbaik tidaklah murah! Atau ingin pandai ikutlah bimbingan diluar sekolah. Pantas India, Cina, dll meroket dengan sumber daya manusianya, sedang kita terseok-seok dengan ulah sumber daya manusia yang berlabel alumnus sekolah mahal. Setiap masalah ini didiskusikan selalu mendapat kesimpulan yang sama, bahwa pengaturan pendidikan di Negeri kita sudah salah dari dulu. Adakah yang akan merubahnya? Tidak, karena melanjutkan lebih mudah dan aman... Damn! Semoga tulisan ini membuka mata pengambil kebijakan kota Melintang yang kusayangi, sudah saatnya kota kita terrkenal karena manusianya bukan alam, olahraga atau apapun lainnya. Karena mencetak SDM berkualitas otomatis mengupgrade kualitas kota itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar