Senin, 06 Agustus 2012

Cita Citaku

Mobil mentereng melaju keluar halaman rumahku yang megah di samping gang kecil kumuh, dulu bapakku tinggal di rumah orangtuanya yang kecil dan pengap dalam gang itu, ruangannya gelap hanya berpenerang lilin, jangankan pasang listrik, untuk sekolah bapakku, kakek harus banting tulang mengantar susu ke rumah2 orang kaya diluar gang itu. Kenapa gang kumuh itu ada? Tetap saja harus ada orang yang mengerjakan perkejaan kotor orang2 kaya itu, membuang sampah, merawat kebun, dan lain sebagainya. Bagaimana orangtuaku bisa merubah nasibnya sangat drastis dan menjadi bagian komunitas diluar gang? Rajin belajar, ya.. Rajin belajar, tapi itu hanya batu loncatan. What.. Betul, karena di negeri kumprun ini tuk mendapat kerja harus memiliki ijazah dengan nilai baik yang didapat dari rajin belajar. Tapi ayahku kaya bukan karena itu, dia kaya karena dia hina. Ha!.. Pasti semua gak percaya, bagaimana ayahku menjadi kaya karena hina. Dulu di kantornya ayahku menjilat atasannya, menyikut saingannya, dan suka mencuri uang kantornya, hahahaha benar2 hina. Tapi itu adalah negeriku yang juga negeri ayahku dan kamu2. Hina sudah menjadi kebutuhan bagi orang yang ingin menjadi kaya, lebih hina kita lebih kaya, semakin kita terhina jayalah kita jadi penguasa. Menghamba harta dengan diri yang terhina. Orang berlomba-lomba mengikuti pendidikan dari sekolah terbaik, kerja keras agar jadi yang terbaik, agar nanti dapat bekerja pada posisi yang terbaik, terus setelah kerja aku akan berbuat terbaik untuk perusahaanku... Enak aja! Kerja kerasku harus terbayar dengan uang, uang berlimpah... kaya raya! Kerja keras lagi? Hahahaha aku ngga gila! Saatnya aku melakukan apa yang dilakukan bapakku, teman bapakku, bahkan semua orang di negaraku. Berbuat Hina, menjadi Hina, dan menebarkan ajaran Hina. Mungkin dulu mereka harus bertopeng karena malu, tapi kini! Buat apa toh semua melakukannya. Aku kaya, keluarga bahagia, negaraku makmur sentosa. Hahahaha! Udah ah, hari udah siang, aku harus sekolah giat agar aku bisa bekerja, gak sabar aku tuk menjadi hina seperti bapakku.

Potret Pendidikan Urban di Kampungku

Serombongan mobil antri di sebuah gerbang sekolah favorit di kota Melintang, jalananpun macet hanya menunggu rombongan mobil itu menurunkan anak majikannya untuk bersekolah. Sekolah itu memang sekolah negeri favorit di kota Melintang, walaupun letaknya di tengah sebuah perumnas, namun namanya telah kemana-mana. Wow luar biasa para penghuni perumnas itu, mobilnya bagus cenderung mewah. Ternyata bukan mobil-mobil itu milik penduduk perumahan lain yang menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut, iyalah siapa yang gak mau anakanya mendapatkan pendidikan nomor 1. Lalu jika sekolah tersebut diisih oleh penduduk sekolah lain, kemanakah anak-anak perumnas itu bersekolah. Rupanya, setelah sekolah itu meroket prestasinya menjadi sekolah unggulan, biaya pendidikannya menjadi mahal. Warga perumnas tersebut yang rata-rata pegawai menengah kebawah hanya tercengang dengan biaya pendaftaran yang mencapai 5 juta keatas, untuk warga perumnas tersebut yang mampu tetap menyekolahkan anaknya di sekolah itu, namun sebagian besar hanya mengelus dada dan menyekolahkan anaknya di kampung orang dengan kualitas sekolah yang ada jauh dibawah sekolah di perumnasnya. Benarkah keberhasilan sistem mendidik di suatu sekolah berbanding lurus dengan mahalnya biaya pendidikannya, yang jelas hingga saat ini di seluruh pelosok Indonesia tidak ada sekolah favorit yang murah. Trus kenapa ada sekolah bagus dan tidak? Apakah kurikulumnya berbeda? Atau kualitas gurunya berbeda? Jika iya, kenapa kurikulum dan kualitas gurunya berbeda? Suatu sekolah dibangun pada suatu wilayah, seyogyanya dia mempunyai tujuan utama untuk mendidik orang-orang diwilayah tersebut. Saya yakin ki hajar atau siapapun tokoh pendidikan tidak akan menyangkalnya. Haruskah untuk mendapatkan pendidikan, seorang anak harus menempuh perjalanan jauh hanya karena tidak mampu membayar uang pendaftaran sekolah di kampungnya. Potrait ini saya yakin masih banyak ditemukan di daerah lain, sungguh menyedihkan. Disaat negara-negara lain berlomba mencerdaskan anak-anak bangsanya dengan pendidikan murah, negara ini justru dengan bangganya berazas ingin pendidikan terbaik tidaklah murah! Atau ingin pandai ikutlah bimbingan diluar sekolah. Pantas India, Cina, dll meroket dengan sumber daya manusianya, sedang kita terseok-seok dengan ulah sumber daya manusia yang berlabel alumnus sekolah mahal. Setiap masalah ini didiskusikan selalu mendapat kesimpulan yang sama, bahwa pengaturan pendidikan di Negeri kita sudah salah dari dulu. Adakah yang akan merubahnya? Tidak, karena melanjutkan lebih mudah dan aman... Damn! Semoga tulisan ini membuka mata pengambil kebijakan kota Melintang yang kusayangi, sudah saatnya kota kita terrkenal karena manusianya bukan alam, olahraga atau apapun lainnya. Karena mencetak SDM berkualitas otomatis mengupgrade kualitas kota itu.

Senin, 02 Juli 2012

Sebuah Kisah Masa Lalu

Sebuah kisah masalalu melintas dalam benakku, terbayang permainan itu di halaman sekolahku. Saat itu aku masih sekolah dasar, dengan celana merah dan sepatu besar itu aku berlari mengejar temenku, ya.. kami sedang bermain bentengan, dengan pohon beringin dan waru besar yang menjadi bentengnya. Suasana begitu ceria penuh dengan teriakan. Aku memang lari gak begitu kencang, sehingga temenku dengan mudah menangkapku, jadi sandera lagi deh… Sambil menunggu diselamatkan biasanya aku bengong melihat sekitar, adakah dia disana? Ditangga dekat kelas ujung, hari ini aku gak melihat sosoknya, kemana dia hari ini ya? Bruuakk! Tiba-tiba sosok besar menubrukku, terguling jatuh aku, hehehehe ketawa temenku berdiri disebelahku. Yah dimarahin ibu lagi hari ini karena bajuku kotor, tabrakan itu sejenak membuatku lupa sosok yang kunanti kehadirannya. Pelajaran telah usai, saatnya aku kursus matematika. Event ini yang selalu aku tunggu karena ada dia. Duduk aku diam membolak-balik buku tugasku, pandanganku sesekali melihat ke jendela, kemana kah dia? Kemana dia, yah sepi deh, karena sosok cerianyanya suka membuatku tersenyum sendiri, walaupun aku hanya melihat dari belakang.
Hehehe cerita yang seru kan. Cerita-cerita masalalu adalah bagian memori dari seseorang, terkadang indah, terkadang buruk, tapi itu bagian dari hidup kita, ada sebagian menguburnya, ada juga yang memeliharanya. Bagiku kisah-kisah itu adalah kisah yang membentuk diriku menjadi seperti sekarang. Sering kita tersenyum sendiri, atau bahkan menangis jika mengingat kisah masalalu. Sungguh luar biasa kehidupan ini, Tuhan membuat kisah hidup kita bagai sebagai cerita, cerita maha sempurna, karena Engkau sutradaranya. Terimakasih ya Allah kau berikan hidup ini dengan segala kisah di masalaluku, ingin rasanya membaca ulang atau melihat siaran ulangnya, tapi hanya sebagian kecil kisah itu singgah dibenakku, untuk itu aku selalu berusaha mencari teman-teman masalaluku agar kami bisa berbagi kisah masalalu karena kisah itu juga bagian dari masalalu mereka. Dan yup setiap kami berkumpul atau berhubungan, kisah-kisah itu satu persatu muncul kembali. Terima kasih teman, senangnya berbagi kisah masalalu.

Minggu, 17 Juni 2012

PERSAHABATAN

Sosok itu melewati aku pagi 22 tahun yang lalu, tergesa-gesa mengayuh sepeda mininya dengan keranjang kecil menghiasi, rambut merahnya terayun dalam kepang yang rapi. "Belum telat kok" pikirku saat itu, sepertinya gadis kecil itu suka mengayuh sepeda mininya cepat-cepat :D hehehe lucu juga. Kemudian menyusul sosok yg sama persis melewati aku lagi... Haaa kembar! Rupanya mereka sekolah di sekolah yg sama denganku, sosok periang, dan lucu dengan kopor kecilnya, tapi jangan salah dia selalu berprestasi lho. Si mungil dengan kepang berwarna kemerahan tukang kebut itu mempunyai mimik muka serius dibanding kembarannya, tapi ia dengan mudah tersenyum bahkan tertawa lepas saat bercanda dengan teman-temannya. Hehehe seru juga melihat tingkah polahnya dari sudut taman ini, tempat dimana aku sering menghabiskan waktuku saat istirahat siang. Memang aku gak berani untuk bergabung dengan mereka, tapi dari sudut ini aku cukup terhibur melihat tingkah cerianya :D Waktu telah terlewati, 22 tahun telah menjadi masa lalu, saat ini dia telah menjadi temanku, seorang sosok kakak yg baik dan sangat inspiratif. Seorang ibu dengan 2 orang putra, dan istri yg sangat setia, dan jangan salah ia juga mahasiswi doktoral pada sebuah universitas di negeri Samurai. Banyak kisah kami saling berbagi, terutama cerita mengenai masa kecil kami. Saling support dan mendoakan selalu mengakhiri percakapan kami melalui media online, semoga perteman kami langgeng tanpa ada perselisihan, karena kami hanya hambaNYA yg ingin bersilahturahmi Lillahi ta alla. Semoga banyak yang seperti kami diantara insan manusia, semata-mata tiada yang lebih indah dari persahabatan :) Juni 2012

Jumat, 15 Juni 2012

Mimpi

Sebuah kata cukup dikenal oleh kita semua, sebuah kata sederhana yang mempunyai arti bagi masing-masing orang, kata tersebut adalah mimpi, ada sebagian orang mengartikan sebagai bunga tidur, ada yg mengartikan pratanda suatu kejadian, ada pula yang mengartikan tujuan, keinginan ataupun cita-cita, saya sendiri percaya mimpi itu adalah semua arti yang disebutkan tadi.
Saya ingin berbagi mengenai mimpi sebagai keinginan, tujuan ataupun cita-cita yang ingin kita realisasikan. Untuk sebagian orang mimpi hanyalah sebagai mimpi aja tanpa keinginan untuk merealisasikan. Pada satu tayangan tivi berbayar ada satu tayangan mengenai lomba bakat menyanyi dimana juaranya menjadi idola di negara tersebut, ada satu kontestan yang ketika ditanya alasan dia mengikuti lomba tersebut, ia menjawab bahwa menjadi idola adalah mimpinya dan melalui bakatnya yaitu menyanyi ia akan menggapai mimpinya, kemudian bernyanyilah ia, terdengarlah suara merdunya dihadapan para juri, dan juripun menyatakan ia lolos ke babak selanjutnya, bagi dia mimpinya mungkin belum tercapai, tapi jalan menggapainya mulai terbentang.
Mimpi adalah sesuatu yang harus kita gapai, walaupun terjal jalannya tapi harus kita raih, kenapa? Iya kenapa?
Tidakkah kita penasaran? Apakah mimpi kita bisa kita gapai? Bagaimana kita bila nanti bisa mencapainya? Hal-hal tersebut akan kita tahu saat kita berada di garis finis. Tapi bagaimana bila gak tercapai? Hahaha kalo gak tercapai ya mimpi kita tetaplah jadi mimpi, tapi yang terpenting adalah kalimat bagaimana jika tercapai.... Wow tidakkah kita tertantang! :) .
Mimpi sampai saat ini masih bebas, gak ada yang melarang, gak ada biayanya untuk bermimpi alias garatis, dpajakin pun tidak, tapi kenapa kita masih takut bermimpi... So bermimpilah! .... Dan lebih lagi gapailah mimpimu. Melihat sesorang berhasil menggapai mimpinya membuat kita terharu, bahkan ikut berbahagia, nhaa... Apalagi kalo itu terjadi pada kita, pasti luar biasa dahsyatnya.... Benarkan? Yuk kita bermimpi dan kita gapai mimpi itu... Doa dan usaha kita giatkan dan rasakan hasilnya...!
Mimpi sesuatu yang murah, tapi akan mahal jika kita menggapainya ... :)
-Jakarta feb 2012-

Mungil Ku

Namaku kumprun, sosok asli jawa, hidup di Jakarta. 11 tahun aku ada dijakarta, umurku saat itu 28 tahun. Setiap hari aku ada ditempat parkir Museum Fatahillah, tau kan? Ya di kota tua, itu loh tempat wisata di Jakarta Barat, yang suka didatangi turis-turis mancanegara maupun lokal. Deretan bangunan peninggalan Belanda yg dibiarkan seperti aslinya, sangat kuno, serasa berada pada masa lalu. Tempat tersebut dijadikan objek foto oleh penggemar fotografi, selain itu juga menjadi bagian wisata bagi anak sekolah, maupun mahasiswa disaat liburan. Kembali ke kisahku, aku bekerja membantu pak Togar memarkirkan bus-bus pariwisata dan kendaraan lainnya yang akan berkunjung di tempat itu. Orang memanggilku kapten kumprun atau bisa disingkat KK atau kaka, gelar ini gak muncul begitu saja, aku mendapatkannya karena disalah satu usahaku mencari makan aku pernah berantem dengan oknum polisi yang mabuk memintai duit kami penunggu kota tua, tapi dia kini udah jadi temenku karena dari kecil orang tuaku nggak pernah mengajari aku cari musuh, ohya walaupun aku kabur dari rumah 11 tahun lalu di jawa, aku gak pernah melupakan ajaran-ajaran bapakku seorang tentara dengan pangkat balok dua yang tegas itu. Aku kabur dari rumah karena aku harus melindungi adikku yang telah membunuh seorang anak kepala desa saat ada perkelahian di sebuah konser dangdut. Adikku seorang pelajar teladan di desa kami, gak mungkin aku ingin hidupnya hancur, hanya karena melindungi dirinya dari seorang bajingan yang kebetulan anak kepala desa. Sesaat setelah peristiwa itu, aku memerintahkan adikku kalo ada polisi agar mengatakan aku pelakunya, dan aku kabur, rahasia itu hanya adikku dan aku yang tahu, orang tuaku pun marah besar karena mengira bahwa aku yang melakukannya, adikku kini jadi tentara seperti bapakku, hanya saja dia seorang perwira karena ia berhasil lolos menjadi lulusan AKABRI-AD. Mungkin untuk sebagian orang ini suatu ketidak adilan, tapi bagiku sangat bahagia bahwa adikku bisa mengentaskan keluargaku dari kemiskinan, Allah tau kok maksudku  Hari itu di kota tua sedang ramai karena lagi musim liburan, seperti biasa aku lagi sibuk bantuin Pak Togar parkirin bus pariwisata yang jumlahnya sangat banyak antri untuk parkir. Di salah satu bus turunlah sesosok mungil yang menarik hatiku, dengan jilbab ungunya ia bergerak lincah bercanda dengan teman-temannya, hehehe sosok yang ceria, lucu dan pastinya baik karena terlihat ia disukai teman-temannya. Kaaa…! Kaget aku oleh panggilan Pak Togar sosok tua tapi terlihat kekar untuk orang seusianya , ngelamun aja kau, kerja! Lanjutnya sambil teriak. Kembali aku tenggelam dalam kesibukanku melupakan sosok mungil tadi. Setelah semua bus terparkir rapi, aku ijin ama pak Togar mau ke kamar mandi, jangkrik! Perutku mules, pasti gara-gara nasi goreng sisa semalam yang aku buat sarapan. Kulangkahkan kakiku cepat-cepat menuju kamar mandi umum yang terletak disudut pojok deretan bangunan tua itu. Sesampai disana suasana sepi, karena tempat tersebut emang agak tersembunyi, langkahku terhenti… aku mendengar suara orang membentak-bentak diiringi tangisan seorang wanita. Ada apa nih? Pikiranku mulai bertanya-tanya. Kulangkahkan langkahku cepat menuju gedung kosong bekas gudang disebelah kamar mandi umum itu, duh perut lagi mules ada beginian lagi…diamput! Kuintip dari jendela kayu yang sebagian berlubang itu, aku melihat sesosok anak seumuranku sedang memegang pisau membelakangi tempatku mengintip. Laki-laki itu berteriak-terik ke arah sosok kecil yang meringkuk di sudut, ada apa ini pikirku. Jangan-jangan preman-preman sini dah mulai kurang ajar mengganggu tamu. Kota tua ini selama ini aman karena kami penunggu kota tua yang setiap hari menggantungkan hidup dari tamu yang datang akan habisi orang-orang yang gak bertanggung jawab buat keonaran. Siapa nih orang kurang ajar banget disini. Segera kuberlari menuju pintu, kutendang pintu itu dan aku melompat ke dalam. Hai monyet siapa luh kurang ajar disini? Teriakku. Laki-laki itu menoleh, umurnya sepantaran aku dan kelihatan rapi, pasti salah satu tamu juga. Jangan ikut campur, gue matiin loe! Umpatnya. Setelah itu dia melompat kearahku sambil tusukkan pisaunya. Gak kalah gesit aku egoskan badanku, kutangkap tangannya dan kupelintir sampai pisaunya terlepas. Sambil tetap memuntir tangannya, aku hantam wajahnya dengan sikutku tepat dihidungnya, dia terjengkang, dan kabur ke pintu sambil berlumuran darah di wajahnya. Kuikuti sampai pintu, kulihat dia lari menjauh kearah jalan raya menuju parkir motor. Kubalikkan tubuhku, perhatianku kini terfokus kesosok yang meringkuk di pojok sambil menangis, terdengar suara lirih ia mengatakan, “jangan ganggu saya bang, ambil aja duit saya”. Kuhampiri dia aku berjongkok agar bisa melihat wajahnya dengan jelas. Wow ini cewek mungil tadi yang mencuri perhatianku. Aku mengatakan padanya udah gak papa dik, orangnya dah kabur, dan aku gak bermaksud apa-apa hanya menolongnya. Kutarik tangannya dia agar dia bisa berdiri. Mau kuantar ke pos polisi dik? Tanyaku. Dia menggeleng dalam mimik ketakutannya. nggak bang, tolong anterin aku ke rombongan aja. Sahutnya lirih. Adik gak apa-apa kan, orang tadi gak melukai adikkan? tanyaku sambil membimbing dia berjalan. Cewek ini kayaknya lebih muda dari aku 2 atau 3 tahuan, tingginya sepundakku, badannya mungil, sangat kontras ama tubuhku, yang kata orang-orang kaya kebo . Dia menggeleng lemah, shock aja bang, untung abang segera datang. Adik kenal orang itu? Sepertinya bukan orang sini. Dia mengangguk, sambil bercerita bahwa laki-laki itu adalah mantan pacarnya dan dia kuliah di Jakarta. Dia diberitahu orang tuanya kalo cahaya ( rupanya namanya itu mahluk mungil ini  )ada di Jakarta, dan dia menemuin cahaya. Awalnya sih baik dan ngobrol biasa, saat dia mau ke kamar mandi, bram (begitu namanya) menawarkan menemani karena dia bilang rawan disini. Di perjalanan menuju rombongannya dia bercerita bahwa dia ternyata aslinya satu desa dengan aku di Jawa, dan dia anak pak Lurah, adik lelaki yang meninggal ditangan adikku….deg..jantungku berasa berhenti. Dari kecil dia dititip di rumah kakeknya di kota besar yang masih satu provinsi ama desaku dan dia bersekolah disana, pantesan aku gak pernah tahu. Diam aku mendengar ceritanya, bingung ngomong apa sambil membayangkan peristiwa kepergianku dari desa. Bang! Tegurnya. Boleh minta nomor hapenya, Tanya dia padaku. Cahaya gak akan lupa ama abang deh, tanpa abang gak tau jadinya cahaya tadi, lanjutnya. Karena senyum manisnya itu gak kuasa aku berikan nomor hapeku. Gak kerasa perjalanan kami sudah sampai di rombongannya, yang sedang makan di sebuah kafe peninggalan Belanda di bagian depan Kota Tua dekat jalan raya. Dia kemudian bercerita pada pemimpin rombongan tentang peristiwa tadi. Diam-diam aku tinggalkan cahaya dan teman-temannya yang pada berkumpul mendengarkan cerita cahaya. Akupun kembali ke kamar mandi melanjutkan niatanku yang tertunda :D mulesss om wekekeke. Beberapa hari setelah peristiwa itu aku selalu ditelepon ama cahaya, dia menanyakan kenapa aku menghilang, hehehe aku hanya ketawa aja menjawabnya, selain itu dia sering bercerita apa aja tentang dia ngapain hari itu dan macam-macam lagi, biasanya aku menjawab pendek atau diam mendengarkan ceritanya . Jam 9 malam waktu dia menelepon, aku sudah menunggunya, seperti biasa berdebar-debar mendengar suaranya yg lucu menggemaskan. Dalam pembicaraan malam itu dia menanyakan namaku dan tempat tinggalku, akupun bercerita dan akupun mengatakan bahwa aku satu desa sama orang tuanya, berbunga-bunga aku bercerita padanya, hehehehe sepertinya aku cinta dia  Pada hari berikutnya telepon itu gak berbunyi lagi, cahaya nggak menelepon seperti biasa, aku telepon balikpun ngga bisa, kenapa ya… sedih juga sosok yang aku sukai menghilang, walaupun hanya sekedar menelepon aku sangat bahagia. Tiap hari aku tunggu, tapi telepon itu gak pernah datang. Aku pikir mungkin dia sudah melupakan aku, ya maklumlah aku hanya tukang parkir dan dia anak lurah yang kaya raya. Life must go on...sedih sih tapi apa boleh buat, mungkin bukan jodohku. Siang itu suasana kota tua sepi, karena musim libur telah usai sepertinya, seperti biasa aku duduk disebelah tukang teh botol menunggu kendaraan yang mau parkir. Sambil ngantuk-ngantuk aku hisap rokokku . panas banget hari ini. Tiba-tiba sebuah mobil berhenti didepanku keluar beberapa orang polisi dari sebuah kijang berwarna putih, diantaranya berbaju preman. Mereka menodongkan senjatanya kepadaku sambil teriak, kumprun kamu ditangkap! Setelah beberapa minggu di persidangngan aku diputuskan bersalah atas dakwaan pembunuhan dengan hukuman penjara 6 Tahun. Rupanya cahaya bercerita kepada orang tuanya tentang aku, dan mereka mengenaliku, dan selanjutnya aku seperti ini, jadi pesakitan di hotel prodeo alias penjara. Hehehe disaat aku mencintai seseorang, malah jadi begini nasibku. Tapi hukuman itu aku terima secara ikhlas, karena resiko skenario melindungi adikku harus tetap berjalan, demi keluargaku. 3 tahun kujalani masa tahananku, saat itu cuaca mendung, aku duduk sendiri di workshop sambil memperbaiki mesin, yang jadi program rehabilitasiku. Tiba-tiba datang pak Agus sipir kepala mendekatiku, Ka ada pengunjung. Ujarnya. Ha? Siapa ya, selama ini yang mengunjungi hanya adikku yang setiap sabtu rajin kemari, tapi ini hari senin, ngapain dia kemari. Aku pun berdiri berjalan mengikuti Pak Agus. Di ruang jenguk aku ditunjukan di bangku pojok, disana terlihat sosok mungil dengan jilbab ungu menghiasi kepalanya. Deg….Cahaya….kenapa, ada apa, sejuta pertanyaan ada di kepalaku. Assalamuallaikum, sapanya. Akupun menjawab salamnya kemudian duduk. Aku mengulurkan tanganku menyalaminya, dan dia menyambut tanganku kemudian mencium tanganku sambil meneteskan air mata. Hah! Bagai disambar geledek terbengong aku melihat peristiwa itu, dan aku jadi terbisu. Kemudian dia bercerita panjang lebar bagaimana peristiwa penangkapan itu terjadi tanpa sepengetahuan dia, dan dia memaafkan kesalahanku karena yakin bahwa peristiwa pembunuhan itu terjadi karena ulah kakaknya yang memang terkenal bajingan di desa kami. Peristiwa itu awal mulainya hubungan kami kembali, cahaya menunggu masa hukumanku sampai selesai. Di hari pembebasanku, dia menjemputku dengan membawa tas besar. Dia mengajakku menikah dan meninggalkan kota itu untuk pergi ke luar jawa memulai hidup baru dengan meninggalkan keluarganya. Kini kami hidup bahagia di salah satu kota di Kalimantan dengan 2 orang anak kami yang lucu-lucu. Allah tidak akan meninggalkan aku, karena aku berada di jalan-NYA Amin YRA 15 Juni 2012

Rabu, 14 April 2010

Figur Bapak di Republik Cupet




Figur Bapak di Republik Cupet*

Di Republik Cupet beberapa waktu ini sedang ada gonjang ganjing mengenai salah seorang anggota keluarga di Rpublik Cupet melakukan perbuatan tercela(sebut aja si kusut, yang merupakan anggota keluarga besar Kumprun), perbuatannya itu membuat nama baik Kumprun dan anggota keluarganya tercoreng moreng. Kejadian ini timbul dimulai dengan adanya seorang tetangga yang mengungkap bahwa ada anggota keluarga Kumprun terlibat kasus korupsi dana iuran warga Republik Cupet, dan ini menjadi isu nasional, dimana pihak penegak hukum serta paguyuban perwakilan warga di Republik Cupet berlomba-lomba mengadili si Kusut, dan mencoba mencari kusut-kusut yang lain di keluarga Kumprun.
Dengan berjalannya proses tersebut, ada efek yang luar biasa dialami anggota keluarga Kumprun yang lain, seperti penghinaan, makian, tuduhan, dan sikap antipati bahkan menajiskan(sungguh hinaan yang luar biasa). Kumprun dan keluarganya yang beberapa waktu sebelum kasus ini muncul berani berjalan tegak karena merasa bahwa Keluarga Kumprun telah melakukan Revolusi secara diam-diam didalam keluarga, yang dulunya dikenal keluarga gak bener, telah berubah menjadi Keluarga terhormat, dengan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap anggota keluarganya. 3 tahun kondisi harmonis itu berjalan dengan baik, hingga timbulnya kasus ini. Beberapa kejadian cukup menyedihkan, seperti diteriakin maling, dibilang calon koruptor, atau anak koruptor.huuufff!!!........so sad.
Seluruh anggota keluarga kini dalam kondisi yang menyedihkan, ada yang stres, ada yang sakit bahkan ada yang menjadi tertutup karena minder dengan tetangganya, memang ada sih yang cuek bebek, namanya juga manusia macem-macem karakternya. Dalam suatu keluarga memang selalu ada yang menyimpang, dalam peribahasa tak ada gading yang tak retak, tapi itu tidak berlaku di Republik Cupet, setiap orang berlomba lomba mengomentari keburukan yang lain. Tak pernah berpikir instropeksi diri, yang ada hujatan ke orang lain, seakan-akan anak kecil yang mempunyai mainan baru, begitu semangatnya…..termasuk gwe gak ya? Who knows.
Dari sekian hinaan dan hujatan itu apa sih yang dilakukan kumprun dan keluarganya, Kumprun sebagai Bapak memang telah berbicara kemana-mana menanggapi komentar-komentar yang ditujukan padanya, para anggota keluarga juga melakukan pembelaan pada pihak-pihak yang menanyakan padanya masing-masing. Ada juga tetangga yang mengenal baik Kumprun dan anggota keluarganya ikut melakukan klarifikasi (kayaknya gitu deh bahasa kerennya).
Apakah kondisi menjadi membaik, tentu saja tidak, beberapa anggota keluarga dianggap tersangkut juga, atau bahkan telah melakukan hal yang serupa ditangkap satu persatu. Kebaikan-kebaikan yang tertata selama 3 tahun wusss….hilang begitu saja, gak ada lagi yang menyebut kumprun dan keluarganya sebagai keluarga terhormat, gak peduli yang ustads, tokoh masyarakat, atau apapun yang baik tetep saja dicap maling oleh masyarakat.
Kumprun sendiri mendapat kritikan dari anggota keluarganya, ada yang bilang tidak bisa melindungi keluarganya, ada yang bilang demi citra menjerumuskan anggota keluarga sendiri, menjelaskan hal yang salah ke publik, dan lain-lain. Dibalik semua permasalahan yang luar biasa ini hanya satu yang sekarang dibutuhkan oleh keluarga Kumprun yaitu Figur Bapak…………….. Bapak yang bagaimana? Silahkan keluarga Kumprun membahas masalah itu sendiri, karena dengan sosok Bapak, sebuah keluarga memiliki imam/nahkoda yang mampu membimbing orang-orang dibelakangnya ke tujuan yang diidam-idamkan orang-orang dibelakangnya itu.

*Kisah ini adalah kisah fiktif, bila ada kesamaan cerita dan tokoh itu karena ketidak sengajaan….so peace! No offence